8 Maret 2025
Schreeuw om leven (terjemahan: teriakan untuk kehidupan) merupakan kelompok anti-aborsi yang prominen di Belanda. Sejak didirikan pada tahun 1985, mereka telah membentuk platform yang stabil untuk mengorganisir berbagai demonstrasi anti-aborsi publik, sering kali di depan klinik-klinik itu sendiri, dan menyebarkan misinformasi yang berbahaya mengenai aborsi, terkadang dengan kedok bantuan amal melalui sebuah departemen yang secara menyesatkan disebut ‘er is hulp’ (tersedia bantuan).
Kami menolak kedok ketidakbersalahan dan propaganda terang-terangan ini, dan melihat kelompok ini seperti apa adanya: entitas yang kejam, misoginis, dan merupakan alat dominasi serta kontrol bagi negara patriarkal dan fasis. Mereka sangat eksplisit dan jelas bahwa mereka melakukan lobi melawan aborsi di pemerintahan, yang memang sudah mengkriminalisasi aborsi. Menanggapi hal ini, satu-satunya respons yang dapat kita lakukan adalah menyerang. Aksi ini terjadi dalam konteks pemungutan suara yang dilakukan pada awal pekan ini, yang menyerukan untuk memulai proses mengembalikan ‘waktu berpikir’ wajib bagi semua orang yang mengajukan permohonan aborsi – sebuah mosi yang dengan sendirinya perlu dipahami dalam proyek yang lebih luas dari kekuatan konservatif dan fasis untuk membuat aborsi semakin tidak dapat diakses.
Otonomi tubuh mereka yang tidak konformis terhadap tuan patriarkal – baik itu perempuan, queer, orang yang tidak taat gender, dan orang-orang yang tertindas secara rasial, adalah batas pertama fasisme. Mendominasi dan mengeksploitasi seseorang dimulai dari aspek yang paling material dalam kehidupan mereka: tubuh, fungsi dan prosesnya. Ini merupakan blok bangunan yang kokoh untuk meregulasi relasi antartubuh, dan juga tubuh serta struktur kekuasaan.
Di satu sisi, kita melihat kooptasi yang berbahaya terhadap perjuangan oleh kelompok-kelompok rasis, neoliberal, whorephobic, hingga transfobik. Para proponen ideologi-ideologi ini berpikir bahwa pembebasan adalah sebuah kompetisi untuk bergabung dengan kelompok opresor, dan siap untuk menghajar siapa pun yang mengingatkan mereka bahwa perjuangan ini adalah sebuah upaya kolektif dan radikal. Perjuangan untuk otonomi tubuh tidak dapat dipahami secara terisolasi dari perjuangan trans melawan sterilisasi paksa, yang diperlukan untuk melakukan transisi di Belanda setidaknya hingga tahun 2014. Demikian pula, perjuangan ini tidak dapat melupakan sterilisasi paksa dan pengujian medis terhadap tubuh perempuan* di Greenland dan Puerto Rico.
Di sisi lain, terlalu banyak gerakan kiri yang tunduk pada dongeng neoliberal bahwa feminisme telah tercapai di surga progresif kita. Feminisme dipresentasikan sebagai sesuatu yang berlebihan di tengah-tengah lautan perjuangan yang lebih mendesak dan relevan, menghapus cara-cara di mana semua struktur opresi saling bertautan. Kepada para teman, saudari, dan kawan-kawan ini kami katakan, tidak ada revolusi yang mendalam dan langgeng tanpa feminisme.
Kami menyerukan kepada semua saudari dan kawan-kawan kami untuk mengambil tindakan, baik melalui serangan langsung, serangan material, atau melalui pembentukan jaringan mutual aid yang resilien, untuk merebut kembali sarana-sarana guna memberikan satu sama lain dan untuk diri kita sendiri hak-hak yang mungkin, pada suatu waktu, dirampas oleh negara – baik produksi dan distribusi hormon secara otonom, aborsi mandiri, pengumpulan data secara otonom mengenai feminisme, jaringan dukungan penjara, dan pembentukan kelompok-kelompok yang memberikan respons langsung serta dukungan bagi para penyintas bagi para korban kekerasan domestik dan kekerasan seksual.
Dalam hal ini, kami menggemakan sebuah manifesto yang dipublikasikan oleh kawan-kawan anonim. Serang, Boikot, dan Sabotase!
